hipertensi
2.1.1
Pengertian hipertensi
Hipertensi adalah factor penyebab utama kematian karena stroke dan factor yang
memperberat infark miokard(serangan jantung). Kondisi tersebut merupakan
gangguan yang paling umum pada tekanan darah. Hiper merupakan gangguan asimptomatik yang sering terjadi
dengan peningkatan tekanan darah secra persisten.diagnosa hipertensi pada orang
dewasa dibuat saat bacaan diastolic
rata-rata dua atau lebih,paling sedikit dua kunjungan berikut adalah 90mmHg
atau lebih tinggi atau bila tekanan
darah multiple sistolik rerata pada dua atau lebih kunjungan berikutnya secara
konsisten lebih tinggi dari 140mmHg (Potter & Perry, 2005).
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140mmHg dan teknan diastolic di atas 90 mmHg (smelz&bare, 2002).
Pada manula, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan darah distolik 90mmHg.(suddrath and
brunner,2002).
2.1.2
Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi sesuai WHO
Klasifikasi pada klien
dengan hipertensi berdasarkan standart WHO
Klasifikasi
|
Sistolik
|
Distolik
|
Normotonesi
Hipertensi ringan
Hipertensi perbatasan
Hipertensi sedang dan
berat
Hipertensi sistolik
terisolasi
Hipertensi sistolik
perbatasan
|
< 140 mmHg
140-180 mmHg
140-160 mmHg
>180 mmHg
>140 mmHg
140-160 mmHg
|
<90mmHg
90-105 mmHg
90-95 mmHg
>105 mmHg
<90 mmHg
<90 mmHg
|
Kategori Tekanan Darah Sistolik
Tekanan Darah Distolik
|
||
Normal
|
< 120 mmHg
|
(dan) < 80 mmHg
|
Pre-hipertensi
|
120-139 mmHg
|
(atau) 80-89 mmHg
|
Stadium 1
|
140-159 mmHg
|
(atau) 90-99 mmHg
|
Stadium 2
|
>= 160 mmHg
|
(atau) >= 100 mmHg
|
Tekanan
Darah Pada Dewasa menurut JNC VII
2.1.3 Etiologi
hipertensi tidak dapat memiliki sebab yang di ketahui
(essensial, idiopatik, atau primer) atau berkaitan dengan penyakit
lain(sekunder).(Dorlan,1998).
Berdasarkan penyebab
hipertensi di bagi menjadi dua golonagan yaitu :
1. Hipertensi
essensial dan hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga
hipertensi idiopatik.terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhi nya seperti genetic, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf
simpatis,system reninangiotensin,efek dalam ekskersi Na, peningkatan Na dan Ca
ekstrseluler dan factor-faktor yang meningkatkan resiko eperti obesitas,
alcohol, merokok serta polisitemia.
2. Hipertensi
sekunder atau hipertensi renal. Terdapat
sekitar 5% kasus. Penyebab spesifikny dikietahui seperti gangguan estrogen,
penyakit ginjal, hipertensi vascular renal, hiperaldosteronisme promer, dan
sindrom cushing, feokromositoma, koarksasio aorta, hipertensi yang berhubungan
dengan kehamilan(mansjoer A dkk,2001).
2.1.4
Tanda dan gejala
a. Tekanan
darah meningkat,tachikardi
b. Palpitasi,
berkeringat dingin, pusing, nyeri kepala bagian suboccipital,mati
rasa(kelemahan salah satu anggota tubuh).
c. Kecemasan,depresi,
dan cepat marah.
d. Diplodia(penglihatan
ganda).
e. Mual
dan muntah
f. Sesak
nafas, tachipne.
2.1.5
Patofisologi
Hipertensi
sebagai suatu penyakit dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik dan
/atau diastolic yang tidk normal.Batas yang tepat dari kelainan ini tidak
pasti. Nilai yang dapat dan diterima berbeda sesuai usia dan jenis
kelamin(sistolik 140-160mmHg ;diastolic 90-95mmHg). Tekanan darah
dipengengaruhi oleh curah jantung tekanan perifer dan tekanan atrium kanan.
Didalam
tubuh terdapat system yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara
akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk
mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang reflek
kardiovaskuler melalui system saraf termasuk system control yang beraksi segera.Kestabilan
tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh system yang menggatur jumlah
cairan tubuh yang melibtkan berbagai organ terutama ginjal.
Berbagai factor seperti factor genetic yang menimbulkan
perubahan pada ginjal dan membrane sel,aktivitas saraf simpatis dan system
rennin-angiotensin yang mempenggaruhi keadaan hemodinamik, asupan natrium dan
metabolism kalium dalam ginjal, serta obesitas dan factor endotel mempunyai
peran dalam peningkatan tekanan darah. Strees dengan peninggian saraf simpatis
menyebabkan kontruksi fungsional dan hipertensi structural.
2.1.6
Komplikasi
Pada jadi pada hipertensi berat yaitu apabila
tekanan darah diastolic sama atau lebih besar dari 130mmHg,atau kenaikan
tekanan darah yang terjadi secara mendadak, alat-alat tubuh yang sering
terseang hipertensi antaraa lain:
1. Mata
:berupa perdarahan retina, gangguan
penglihatan sampai dengan kebutaan.
2. Ginjal
: berupa gagal ginjal
3. Jantung : berupa payah jantung, jantung koroner.
4. Otak : berupa pendarahan akibat pecahnya mikro
anerisma yang dapat menggakibatkan kematian, iskemia dan proses emboli
(mansjoer,dkk,2001).
2.1.5
Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan laboratorium rutin ysng
dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan untuk menean pemeriksaan lain
seperti ntukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau mencari
penyebab hipertensi. Biasannya di periksa, urinaria, darah ferifer lengkap,
kimia darah(kalum,natrium, kreatinin,gula darah puasa,kolestrol total,
kolestrol HDL dan EKG.
Sebagai tambahan dapat dilakukan pemriksaan
lain seperti klirens kreatini,protein, urine 24 jam, asam urat, kolesterol LDL,
TSH dan echokardiografi (mansjoerr A,dkk,2001).
2.1.6
Penatalaksanan medis
Tujuan dari pada penatalaksaan hipertensi
adalah menurunkan resiko penyakit
kardiovaskuler dan morbilitas yang berkaitan. Sedangkan tujuan terapi pada
penderita hpertensi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik di
bawah 140mmHg dan tekanan distolikdi bawah 90mmHg dan mengontrol adanya resiko.
Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gayaa hidup saja atau dengan obat
antihipertensi (mansjoer A,dkk,2001).
Kelompok resiko di katagorikan
menjadi :
1.
Pasien dengan tekanan darah perbatasan
atau tingkat 1,2,3 tanpa sengaja penyakit kardiovaskuler, kerusakan organ atau
fakor resiko lainnya. Bila dengan modifikasi gaya hidup tekanan darah belum
dapat di turunkan maka harus di turunkan obat anti hipertensi.
2.
Pasien Tanya penyakit kardiovaskular atau
kerusakn organ lainnya, tetapi memiliki satu tau lebih factor resiko yang
terera di atas, namun bukan diabetes mellitus. Jika terdapat beberapa factor
maka harus langsung di berikan obat anti
hipertensi.
3.
Pasien dengan gejala klinis penyakit
kardiovaskular atau kerusakan organ yang jelas, factor resiko : usia lebih dari
60 tahun, merokok, dislipedemia, diabetes mellitus, jenis kelamin (pria dan
wanita menopause), riwayat penyakit k kardiovaskular dalam keluarga. Kerusakan
organ : penyakit jantung ( hpertrofi ventrikel kiri, infark miokard, angina
pectoris, gagal jantung, riwayat
revaskularisai korener, stroke, transientischemic attack,
nefropati,penyakit arteri perifer dan retinopati) (mansjoer A, dkk,2001).
Penatalaksanaan berdasarkan klisifikasi
resiko klien dengan hipertensi
Tekanan darah
|
Kelompok resiko
A
|
Kelompok resiko
B
|
Kelompok resiko C
|
130-139 / 85-89
140-159 / 90-99
>160 / > 100
|
Modifikasi gaya hidup
Modifikasi gaya hidup
Dengan obat
|
Modifikasi gaya hidup
Modifikasi gaya hidup
Dengan obat
|
Dengan obat
Dengan obat
Dengan obat
|
Sumber
: Mansjoer, dkk, 2001
Modifikasi
gaya hidup cukup efektif, dapat menurunkan resiko kardio vaskuler dengan biaya
sedikit dan resiko minimal. Tatalaksanan ini tetap di anjurkan meski harus di
sertai obat anti hipertensi karena dapat menurunkan jumlah dan dosis,
langkah-langkah yang dianjurkan :
A.
Menurunkan BB bila terdapat kelebihan
(indek masa tubuh > 27)
B.
Membatasi alcohol
C.
Meningkatkan aktifitas fisik aerobic,
(30-45 menit per hari)
D.
Mengurangi asupan natrium ( 100 mmol
Na/gram NaCl perhari )
E.
Mempertahankan asupan kalsium yang
adekuat ( 90 mmol per hari)
F.
Mempertahankan asupan kalsium dan
mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan (Masjoer, dkk, 2001)
2.1.7
Jenis-jenis obatan hipertensi antara lain :
Diuretik :
HCT, Higroton, lasik
Betabloker : Propanolol (inderal)
Alfabloker : Phentolamin, prozazine (minipres)
Siphatolik : Catapres, reseptin
Fasodilator : hidralazine, dizoxide, nitruprusdide, catopril
Ca antagonis : nefidipine (adalat)
2.1.8
Konsep Keperawatan Hipertensi
a. Pengkajian
Tahap
pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan kebutuhan individu sebagaimana yang telah ditentukan dalam standar
praktik keperawatan dari ANA (American Nursing Association). Tujuan pengkajian
keperawatan adalah mengumpulkan data, mengelompokan data, dan menganalisa data
sehingga ditemukan diagnose keperawatan. Pengkajian keperawatan terdiri dari 3
tahap yaitu pengumpulan data atau pengorganisasian, menganalisa dan merumuskan
diagnose keperawatan ( Gaffar, 1999)
1.
Pengumpulan data
Secara
umum ada beberapa cara pengumpulan data yaitu :
a)
Observasi adalah cara pengumpulan data
melalui hasil pengamatan ( melihat, meraba, mendengarkan) tentang kondisi klien
dalam kerangka Asuhan Keperawatan.
b)
Anamnase / wawancara adalah cara
pengumpulan data melalui Tanya jawab kepada klien atau keluarga klien.
c)
Pemeriksaan fisik adalah cara
pengumpulan data melalui inspeksi, palpasi, dan auskultasi.
2.Pengelompokan Data
Setelah
selesai mengumpulkan data maka selanjutnya data-data yang terkumpul di
kelompokkan.
3.Analisa data dan
perumusan diagnose keperawatan
Tahapan
terakhir dari pengkajian adalah analisis data untuk menentukan diagnose
keperawatan.
Karena keterbatasan literature, maka
menyusun pengkajian keperawatab berdasarkan data respon individu yang mungkin
muncul terhadap perjalanan patofisiologi penyakit Hipertensi, kemudian
disesuaikan dengan diagnose menurut Marilyn E. Doenges, yaitu :
1.
Aktifitas / istirahat
a)
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek,
gaya hidup monoton
b)
Tanda : frekwensi jantung meningkat,
perubahan irama jantung dan takipnea.
Adapun
tingkat gradasi kekuatan otot ( Priharjo R., 1995)
Adalah
sebagai berikut :
Skala
0 : paralisis total
Skala
1 : tidak ada gerakan, teraba / terlihat adanya kontraksi otot.
Skala
2 : gerakan otot penuh menentang gravitasi, dengan sokongan.
Skala
3 : gerakan normal menentang gravitasi.
Skala
4 : gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan sedikit
Penahanan.
Skala
5 : gerakan normal penuh, menentang gravitasi dengan
Penahanan
penuh.
2.Sirkulasi
a)
Gejala : riwayat hipertensi,
aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup dan penyakit serebbrovaskuler,
episode papitasi dan perspirasi.
b)
Tanda : kenaikan TD ( pengukuran serial
dari kenaikan tekanan darah diperlukan untuk menegakkan diagnose ); Nadi :
denyutan jelas dari karotis, jugularis, dan radialis; ekstermitas : perubahan
warna kulit, suhu dingin (vasokontraksi perifer ) pengisian kapier mungkin
lambat / tertunda (vasokontraksi)
3.
Neurosensori
a)
Gejala : episode kebas dan / atau
kelemahan pada satu sisi tubuh
b)
Tanda : penurunan kekuatan genggaman
tangan dan / atau reflex tendon dalam
4.
Nyeri / ketidaknyamanan
a)
Gejala : nyeri hilang timbul pada
tungkai / klaudikasi ( indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstermitas bawah
).
5.
Pernapasan
a)
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan
aktivitas / kerja, riwayat merokok
b)
Tanda : bunyi napas tambahan (krakles /
mengi)
6.
Keamanan
a)
Gejala : gangguan koordinasi / cara
berjalan
b)
Tanda : episode unilateral transien,
hipotensi postural.
7.Pembelajaran /
penyuluhan
a)
Gejala : factor-faktor risiko keluarga,
penggunaan obat/ alcohol.
b.
Diagnosa
Diagnosa
keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia ( status
kesehatan atau risiko perubahan pola ) dari individu atau kelompok di mana
perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasikan dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan . (Carpenito, 2000 ) yang dikutip oleh Nursalam.
Diagnose
keperawatan dengan penyakit hipertensi menurut NIC-NOC 2012 :
1.
Resiko tinggi terhadap penurunan curah
jantung berhubungan dengan peningkatan iskemia miokard.
2.
Intoleran aktivitas berhubungan dengan tirah baring dan imobilitas.
3.
Nyeri akut: sakit kepala berhubungan
dengan peningkatan tekenan vaskuler serebral.
4.
Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari
kebutuhan tubuh Berhubungan dengan masukan berlebihan.
5.
Defisiensi pengetahuan berhubungan
dengan tetaparnya informasi.
c.
Intervensi
Perencanaan
yaitu tahapan dari proses keperawatan atau tahap penentuan apa yang akan di
lakukan untuk membantu klien. Pada tahapan ini mempunyai mempunyai 4 komponen
yaitu menetapkan prioritas, merumuskan tujuan, kriteria hasil, dan menentukan
rencana tindakan sehingga tujuan nyata mengetahui rencana tindakan apa yang
akan di lakukan selanjutnya.(Gaffar,L.O.J, 1999 ).
Intervensi
keperawatan adalah preskripsi untuk
perilaku spesifik yang di harapkan dari pasien dan/ atau tindakan yang
harus dilakukan perawat. (Marillyn, 2000).
Intervensi
keperawatan dengan penyakit hipertensi :
-
Pantau TD
-
Catat keberadaan, kualitas denyutan
sentral
-
Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas
-
Amati warna kulit, kelembaban,suhu, dan
masa penggisian kapiler.
-
Catat odema tertentu.
-
Berikan lingkungan tenang dan nyaman
1. Resiko
tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan iskemia
miokard
-
Anjurkan dan intruksikan klien tentang
teknik penghematan energy mis.
menggunakan kursi saat mandi
2. Hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan fisik tidak bugar
-
kaji respon pasien terhadap aktivitas
-
Anjurkan dan intruksikan klien tentang
teknik penghematan energy mis.
menggunakan kursi saat mandi
-
Berikan dorongan untuk melakukan
aktivitas/perawatan diri bertahap, jika
dapat toleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
-
Berikan latihan ROM aktif.
3.
Kesiapan peningkatan pengetahuan
berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.
-
Kaji kesiapan dari hambatan dalam
belajar termasuk orang terdekat
-
Tetapkan dan nyatakan batas TD normal
-
Hindari
menggurangi kata TD”normal” dan gunakan
istilah “terkontrol dengan baik” saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang
diinginkan.
-
Atasi masalah dengan pasien untuk
mengidentifiksi cara di mana perubahan gayahidup yang tepat dapat di buat utuk
menggurangi faktor-faktor di atas.
-
bahas
pentingnya menghentikan merokok dan bantu pasien dalam membuat rencana untuk
berhenti merokok.
d.
Implementasi
Implemantasi
merupakan pelaksanaan perencanan keperawatan oleh perawat pada
klien.(Gaffar,L.O.J, 1999 )
Menurut (Nursalam,2001), mengemukakan bahwa
pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tujuan pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan,pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
e.
Evaluasi
fase akhir dari proses keperawatan adalah
evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang di berikan.
Tahap
akhir dari proses keperawatan adalah mengevaluasi respon klien terhadap
perawatan yang di berikan untuk memastikan bahwa hasil yang di harapkan telah
di capai.( Doenges, M.E, 1999 ).
Evaluasi adalah tindakan intelektual
untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose
keperawatan,rencana tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai melalui
evaluasi
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1.Data
demografi
a.
Biodata
Nama (inisial) : Tn.M
Usia :
42 thn
Jenis kelamin : laki-laki
Suku/bangsa :
bugis/indonesia
Status pernikahan : menikah
Agama/keyakinan :islam
Pekerjaan/sumber
penghasilan : swasta
Diagnose medic : hipertensi
No. Medikal record : 00.08.09
Tgl masuk : 08 september 2012
Tgl pengkajian : 08 september 2012
b.
Penanggung jawab
Nama : Nn. N
Usia : 37 Thn
Jenis kelamin : wanita
Pekerjaan : swasta
Hubungan dengan klien : istri
2. Keluhan
utama
“ Tangan dan kaki kiri saya terasa lemah jika
di gerakkan”
3. Riwayat
kesehatan
a.
Riwayat kesehatan sekarang
Pada hari sabtu klien merasa keram pada
tangan dan kaki sebelah kiri kemudian di periksa tekanan darahnya.Hasilnya ternyata
melebihi batas normal yaitu 220/110mmHg dan oleh dokter klien di beri obat.
Tetapi karena klie tidak tahan dengan keluhannya kaki dan tangannya hamper
tidak terasa maka keluarga klien membawa ke RSI Samarinda. Klien masuk RSI
Samarinda pada tanggal 08.september 2012 dan di rawat di ruang Jabal Rahma.
Pada
saat dikaji klien mnggatakan “ Tangan
dan kaki kiri saya terasa lemah jika di gerakkan”
b.
Riwayat kesehatan lalu
Klien sebelumnya pernah
menggalami asam urat , hipertensi terjadi sejak 5 tahun yang lalu dan semasa
kecilnya klien pernah menggalami penyakit batuk, pilek, dan demam.
c.
Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga Tn.M tidak ada
yang menggalami penyakit menular ataupun kronis.
4. Riwayat
psikososial
Hubungan klien dengan keluarga
terlihat baik.Klien tidak terlalu terbebani dengan biaya RS.“ saya kurang tahu
tentang penyakit saya”.
5. Riwayat
spiritual
Klien dan keluarga selama di rumah
melaksanakan ibadah bersama.Keluarga klien selalu memberikan dukunagan dan do’a
agar Tn.M cepat sembuh.Tetapi selama di rumah sakit klien sakit hanya mampu
berdo’a kepada Allah SWT.
6. Pemeriksaan
fisik
a.
Keadaan umum klien
Klien tidak menunjukkan adanya tanda-tanda ddistress.
Penampilan klien rapi sesuai dengan usia. Klien berpakaian bersih inggi badan
163cm dan BB Kg. klien berjalan agak berjalan secar hati-hati karena kaki
kirinya terasa lemah.
b.
Tanda-tanda vital
Suhu 36,2 nadi
80x/menit, denyutan nadi teraba kuat dan ritmenya lambat tapi teratur,
pernapasan 20x/menit dan regular, tekanan darah : 160/100mmHg.
c.
System pernapasan
1.
Hidung : posisi septum nasal di tengah,
bentuk simestris. Klien dapat menghemb
uskan udara dari lubang
hiduung dengan baik,lubang hidung degan
setnumbaik, lubang tidak dapat massa/ benjolan dan tidak dapat secret.
2.
Leher : trakea lurus, tidak ada masalah
kelenjar thyroid.
3.
Dada : bentuk dadanormoches, gerakan
dada simetis kiri dan er kanannya, suara nafas bronkhovesikuler terdengar jelas
dan tidak ada suara napas tambahan. Clubbing finger: tidak
d.
Sistem kardiovaskuer
Konjungtiva
tidak anemis, arteri karotis teraba kuat, ukuran jantung tidak di kaji, suara
jantung S1 : lup, S2 : dup dan capillary refilling time <3 detik.
e.
System pencernaan
Sklera
tidak ikterus, bibir tidak pucat dan tidak terdapat stomatitiis, mulut bersih
dan tidak ada kesulitan menelan. Gaster tidak teraba adany benjolan / massa.
Abdomen tidak mengalami distensi, bentuk abdomen ronded dan tidak ada keluhan
nyeri.
f.
System indra
1)
Mata
Kelopak
mata tidak odema, virus 20/70 dan lapangan pandang meluas 1800
2)
Hidung
Penciuman
klien idak baik dan dapat membedakan bau – bauan yang familiar, tidak terasa
nyeri, tidak pernah mengalami perdarahan di hidung.Pada lubang hidung tidak
terlihat adanya secret.
3)
Telinga
Keadaan
daun telinga dan tidak pernah di operasi, lubang telinga tidak terlihat adanya
massa / benjolan , membrane timpani berwarna abu- abuan mutiara, fungsi
pendengran klien masih bagus dank lien mengtakan tidak menggunakan alat bantu
oendengaran (ABP)
g.
System syaraf
1)
Funsi cerebral : Masih dalam batas normal, nilai >20.
a)
Status mental : Klien tahu kalau
sekarang ia berda di RSI Samarinda; Klien masih inat penyakit yang pernah di
deritanya sewaktu kecil dank lien dapat mengulangi nama benda yang telah
disebutkan seperti kertas, balpoin dan pensil; Klien mampu menghitung mundur
dari 25 – 3; klien mau mengikuti perintah perwat untuk menyuruh klien menutup
mata.
b)
Kesadaran : kompos mentis dengan E4V5M6,
GCS : 15
c)
Bicara : expresi : klien dapat berbicara
dengan jelas, dan resetive : klien dapat menjawb pertanyaan yang di berkan
dengan baik.
2)
Test fungsi cranial nervus.
a)
Nervus cranial 1 ( olvakturius ) : klien
dapat menyebutkan bau- bauan yang familiar seperti kopi, asam, balsam saat
matanya di tutup.
b)
Nervus cranial 2 ( optikus ) : klien
dapat membaca huruf / angka pada snilen chart pada jarak ±35 cm dengan nilai 20
/ 70 dan lapang pandang klien meluas 180º
c)
Nervus cranial III, IV, VI ( okulomotorius, trokleus dan abdusen
) : pupil miosis terhadap ransangan cahaya, gerakan mata sejajar mengikuti
gerkan letek objek ± 60 cm sejajar midline mata, klien dapat melihat kekiri dan
kanan tnpa menoleh.
d)
Nervus cranial V ( trgeminus ) : klien
dapat merasakan ransangan sesoris yang di berikan seprti merabakan pilinan
kapas pada kelopak mata.
e)
Nervus cranial VII ( acustikus ) : klien
dapat mendengar bisikan dari jarak ±1 meter baik dari bagian kiri ataupun
kanan, klien bisa berjalan dengan seimbang tetapi agak hati-hati.
f)
Nervus cranial IX ( glosofaringeus ) :
klien dapat mengucapkan “Ah” dan terlihat uvula klien tertarik ke atas.
g)
Nervus cranial X ( vagus ) : klien dapat
berbicara dengan baik dan jelas, serta dapat menelan buah- buahan dengan baik.
h)
Nervus cranial XI ( Accesorius ) : klien
dapat mengangkat bahu saat di berikan tahanan.
i)
Nervus cranial XII ( Hypoglosus ) posisi
klien normal dank lien dapat menggerkan lidahnya kekiri , ke kanan , ke atas
dan ke bawah.
3)
Fungsi motorik
Massa
otot tidak mengalami atropi, kekuatan otot tidak penuh
5
|
5
|
5
|
4
|
Dan untuk
bergerak lebih banyak klien mersa lemah pada ekstremitas kiri. Tonus otot
normal ( tidak ada kekakuan )
4)
Fungsi sesorik
Klien
dapat merasakan nyeri dan sentuhan kapas pada kulit.
5)
Fungsi cerebellum
Klien
dapat berjalan dengan seimbang tetapa hati – hati.
6)
Reflek
Trisep
(++), supinator (++), Ptella (++), reflek superficial (++).
7)
Iritasi meningean
Tidak
ada kaku kuduk, tanda – tanda kernig sign tidak ada.
8)
System muskolosletal
Bentuk kepala normochepal, pada
persendian, lutut kaki dan tagan tidak menggalami kekauan saat bergerak, hanya
saja terjadi kelemahan pada tangan dan kaki kiri klien, dan bahu juga tidak
menggalami kekauan saat bergerak.
9)
System integumen
Rambut warna sao matang, suhu tubuh dalaam batas
normal yaitu 36,2ºC, kulit teraba lembab, kuku berwarna merah muda dan bersih.
10) System endokrin
Tidak
ada pembesaran pada kelenjar tyroid, pertumbuhan sesuai dengan usia, eksresi
urine tidak berlebih, suhu tubuh 36,2º. Riwayat kencing manis tidak ada.
11) System
perkemihan
Palpebra
tidak menggalami odema, tidak terjadi
moonface, keadaan kandung kemih tidak penuhh, tidak menggalami nyeri
saat BAB dan tidak memiliki penyakit hubungan sexual.
12) System
reproduksi
Laki
laki: pertumbuhan rambut ada seperti kumis, ketiak.
13) System
immune
Klien
tidak pernah menggalami elergi tarhadap makanan, debu, bulu binatang dan
lain-lain.
7.
Aktivitas sehari-hari
a.
Nutrisi
1)
Sebelum di RS : klien makan 3x sehari
mengkonsumsi sayuran yang rendah garam dan ikan kering tetapi tidak banyak,
pantangan dalam makanan ada berupa asin-asinan,daging, makanaan yang berlemak.
2)
Selama di RS : klien makan 3x sehari
menu nasi rendah garam, sayuran dan lauk pauk sesuai diet.
b.
Cairan
1)
Sebelum di RS : klien minum 7-8 gelas
sehari / ±1500cc sehari dengan jenis cairan :air putih, teh.
2)
Selama di RS : klien minum 6-8 gelas sehari / ±1000cc sehari
dengan jenis cairan: air putih,teh dan cairan infuse RL 500cc.
c.
Eliminasi
1)
Sebelum di RS : klien BAK ±3-4 seehari
dan BAB 1x sehari dengan konsitensi sedang dan tempat pembuangan di WC.
2)
Selama di RS : klien BAK ±3-5 seehari
dan BAB 1x sehari dengan konsitensi sedang dan tempat pembuangan di WC.
d.
Istirahat/tidur
1)
Sebelum di RS : klien tidur jam 23.00
Wita – 06.00 Wita, hanya saja klien tidak bisa tidur jika tidak menggunakan
kipas aangin.
2)
Selama di RS : klien tidur jam 22.00
Wita – 06.00 Wita, terkadang klien terbangun karena lingkungan yang panas.
e.
Olahraga
1)
Sebelum di RS : klien berolahraga
seperti jalan santai setiap pagi.
2)
Selama di RS : klien tidak
menggikuti olahraga / melakukan
olahraga.
f.
Rokok / alcohol dan obat-obatan
Klien jarang merokok dan tidak pernah
minum minuman yang menggandung alcohol
ataupun obat-obatan.
g.
Personal hygiene
1)
Sebelum di RS : klien mandi 3x sehari,
cuci rambut 2 hari sekali
2)
Selama di RS : klien mandi 2x sehari dan
cuci rambut baru sekali
h.
Aktivitas / mobilitas fisik.
1)
Sebelum di RS : klien bekerja di bengkel
dan berkumpul degan keluarga jika libur.
2)
Selama di RS : klien tidak dapat
melakukan aktivitas yang berat.
i.
Rekreasi
Klien merasa senang dengan
pekerjaanya.Selama liburan klien bersama keluarga.
8.
Terapi saat ini
IVFD RL 20 tetes/menit
Neurotam Inf / hr
Neurobion
1 am.hr/drip melauli IV
Catopril
25 mg3x1 (oral)
Rantin
tab 2x1(oral).
Klasifikasi data
Klisifikasi
data pada Tn.M dengan hipertensi di ruang jabal rahma rumah sakit islam
samarinda 2012
Data
subjektif
|
Data
objektif
|
||||
1. “ tangan dan kaki saya terasa lemah “
2. Kepala saya pusing dan berat.
3. “ saya kurang mengetahui tentang penyakit saya”
|
1.
Klien agak
berhati-hati sat berjalan
2.
TD: 160/100mmHg, arteri karotis teraba kuat.
3.
Klien tidak dapat menjawab pertanyaan yang berkaitan
dengan penyakitya.
|
||||
Analisa data
Analisa data pada Tn.M dengan
hipertensi di ruang jabal rahmah rumah sakit islam samarinda 2012
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
|||||||
DS :
“Tangan dan kaki kiri saya terasa
lemah”
DO :
-klien terlihat berhati-hati saat berjalan
-TD :
160/100 mmHg
-Arteri karotis teraba kuat
DS : - Kepala saya pusing dan berat.
DO : - TD: 160/100mmHg, arteri karotis teraba kuat.
DS : “saya
tidak tahu tepntang penyakit saya”
DO :-klien
tidak dapat menjawab pertanyaanyang berkaitan dengan penyakitnya.
|
Peningkatan natrium
dalam darah
O2 yang diikat
oleh Hb kurang
Suplai O2 ke
jaringan mmenurun
Metabolism sel ke
jaringan kurang
ATP menurun
Kelemahan otot
Peningkat natrium dalam
darah
O2 yang
diikat oleh Hb
Kurang
O2 ke otot jantung
kurang
Kurang tepaparnya
informasi tentang penyakit
Salah persepsi
|
Hambatan mobilitas fisik
Penurunan curah jantung
Kesiapan meningkatkan pengetahuan
|
3.2
Diagnosa Keperawatan
NO
|
TANGGAL DITEMUKAN
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
PARAF
|
||||
1
2
3
|
Sabtu , 08september 2012
Sabtu , 08 september 2012
Sabtu, 08september 2012
|
Intoleran aktivitas berhubungan dengan tirah baring dan imobilitas.
DS : “ Tangan dan kaki kiri saya terasa lemah”
DO : - klien terlihat
berhati-hati saat berjalan dengan kekuatan otot tidak penuh
-
TD : 160/100mmHg
-
Arteri karotis
teraba kuat
Resiko terjadinya
penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan jantung
DS : - Kepala
saya pusing dan berat.
DO : - TD: 160/100mmHg, arteri karotis teraba
kuat.
Defisiensi pengetetahuan
berhubungan dengan tepaparnya informasis
DS : “saya kurang
mengetahui tentang penyakit saya”
DO : -klien tidak dapat
menjawab pertanyaanyang berkaitan dengan penyakitnya.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar